Ilmu Alamiah Dasar
"KEBAKARAN LIAR"
Kebakaran liar, kebakaran vegetasi, atau kebakaran
semak, adalah sebuah kebakaran yang terjadi dialam liar,
tetapi juga dapat memusnahkan rumah-rumah dan lahan pertanian disekitarnya.
Penyebab umum termasuk petir, kecerobohan
manusia, dan pembakaran. Musim kemarau dan
pencegahan kebakaran hutan kecil adalah penyebab utama kebakaran hutan besar.
Kebakaran liar dalam bahasa Inggris
berarti "api liar" yang berasal dari sebuah sinonim dari Api Yunani, sebuah bahan seperti-napalm yang digunakan di Eropa Pertengahan
sebagai senjata maritim.
Penyebab Kebakaran
liar, antara lain:
·
Sambaran petir pada hutan yang kering
karena musim kemarau yang panjang.
·
Kecerobohan manusia antara
lainmembuang puntung rokok sembarangan dan lupa mematikan api di perkemahan.
·
Aktivitas vulkanis seperti terkena
aliran lahar atau awan panas dari letusan gunung berapi.
·
Tindakan yang disengaja seperti untuk
membersihkan lahan pertanian atau membuka lahan pertanian baru dan tindakan
vandalisme.
·
Kebakaran di bawah tanah/ground fire pada
daerah tanah gambut yang dapat menyulut kebakaran di atas tanah pada saat musim
kemarau.
Dampak yang
ditimbulkan dari kebakaran liar antara lain:
1.
Menyebarkan emisi gas karbon
dioksida ke atmosfer. Kebakaran hutan pada 1997 menimbulkan emisi / penyebaran sebanyak 2,6
miliar ton karbon dioksida ke atmosfer (sumber majala Nature 2002). Sebagai
perbandingan total emisi karbon dioksida di seluruh dunia pada tahun tersebut
adalah 6 miliar ton.
2. Terbunuhnya satwa liar dan musnahnya tanaman baik karena kebakaran,
terjebak asap atau rusaknya habitat. Kebakaran juga dapat menyebabkan banyak
spesies endemik/khas di suatu daerah turut punah sebelum sempat
dikenali/diteliti.
3. Menyebabkan banjir selama beberapa minggu di saat musim hujan dan
kekeringan di saat musim kemarau.
4. Kekeringan yang ditimbulkan dapat menyebabkan terhambatnya jalur
pengangkutan lewat sungai dan menyebabkan kelaparan di daerah-daerah terpencil.
5. Kekeringan juga akan mengurangi volume air waduk pada saat musim kemarau
yang mengakibatkan terhentinya pembangkit listrik (PLTA) pada musim kemarau.
6. Musnahnya bahan baku industri perkayuan, mebel/furniture. Lebih jauh lagi
hal ini dapat mengakibatkan perusahaan perkayuan terpaksa ditutup karena kurangnya
bahan baku dan puluhan ribu pekerja menjadi penganggur/kehilangan pekerjaan.
7. Meningkatnya jumlah penderita penyakit infeksi saluran pernapasan atas
(ISPA) dan kanker paru-paru. Hal ini bisa menyebabkan kematian bagi penderita
berusia lanjut dan anak-anak. Polusi asap ini juga bisa menambah parah penyakit
para penderita TBC/asma.
8. Asap yang ditimbulkan menyebabkan gangguan di berbagai segi kehidupan
masyarakat antara lain pendidikan, agama dan ekonomi. Banyak sekolah yang
terpaksa diliburkan pada saat kabut asap berada di tingkat yang berbahaya.
Penduduk dihimbau tidak bepergian jika tidak ada keperluan mendesak. Hal ini
mengganggu kegiatan keagamaan dan mengurangi kegiatan perdagangan/ekonomi.
Gangguan asap juga terjadi pada sarana perhubungan/transportasi yaitu
berkurangnya batas pandang. Banyak pelabuhan udara yang ditutup pada saat pagi
hari di musim kemarau karena jarak pandang yang terbatas bisa berbahaya bagi
penerbangan. Sering terjadi kecelakaan tabrakan antar perahu di sungai-sungai,
karena terbatasnya jarak pandang.
9. Musnahnya bangunan, mobil, sarana umum dan harta benda lainnya.
Referensi
Baumgardner, D., et al. 2003. Warming of
the Arctic lower stratosphere by light particle. American Geophysical Union
fall meeting. Dec. 8-12. San Francisco.
Fromm, M., et al. 2003. Stratospheric
smoke down under: Injection from Australian fires/convection in January 2003.
American Geophysical Union fall meeting. Dec. 8-12. San Francisco.
Makarim, N., et al. (BAPEDAL and
CIDA-CEPI). 1998, Assessment of 1997 Land and Forest Fires in Indonesia:
National Coordination. From "International Forest Fire News" #18,
page 4-12, January 1998.
Wang, P.K. 2003. The physical mechanism
of injecting biomass burning materials into the stratosphere during
fire-induced thunderstorms. American Geophysical Union fall meeting. Dec. 8-12.
San Francisco.
Komentar
Posting Komentar