Problem Krisis Dan Konsep Manajemen Qalbu

Sejak bangsa Indonesia dilanda krisis ekonomi yang ditandai dengan melemahnya nilai tukar mata uang rupiah terhadap mata uang asing pada pertengahan tahun 1998 silam, keadaan bangsa Indonesia yang baru saja memasuki era tinggal landas menjadi sangat memperihatinkan. Krisis ekonomi yang melanda demikian cepat itu berdampak pada instabilitas politik dan seluruh aspek kehidupan bangsa ini. Arus reformasi yang menntut suksesi kepemimpinan nasionalpun terus bergulir semakin kuat. Ternyata akibat da ri semua kejadian itu berdampak pada rakyat Indonesia sendiri. Rakyatlah yang seolah menjadi tumbal dari semua kejadian di negeri ini, sementara para pejabat, tetap saja hidup dalam kemegahan dan kemewahannya. Para pekerja, karyawan dan para buruh di pabrik-pabrik banyak menerima PHK secara sepihak lantaran beberapa perusahaan dan instansi tempat mereka bekerja gulung tikar, sehingga tingkat pengangguran melonjak begitu drastis, dan tindak kriminalitas semakin merajalela. Keadaan negara kian hari kian bertambah terpuruk, sehingga banyak sekali komponen masyarakat yang kehilangan pegangan hidup. Keadaan semacam ini tampaknya memang tidak mudah untuk diatasi, bahkan membekas hingga saat ini. Barangkali inilah konsekuensi sistem kapitalisme yang dimanifestasikan modernisme.
Memang, jika kita memperhatikan fenomena kehidupan manusia di era moderen saat ini, kita akan banyak sekali menemukan gejala yang sangat unik mengenai pola hidup yang mereka lakukan. Di dunia barat, belahan dunia yang menjadi simbol modernisme dimana masyarakatnya telah melampaui dan menjangkau kecanggihan teknologi (the post industrial society), suatu komunitas yang telah mencapai tingkat kemakmuran materi sedemikian rupa dengan segala perangkat teknologi yang demikian canggih dan serba otomatis itu, pada faktanya justru sedang dihadapkan pada suatu problematika kehidupan yang sangat serius, yakni hilangnya eksistensi diri sebagai manusia yang sebenarnya 

Ternyata kemajuan teknologi yang sangat pesat itu disamping memiliki segi-segi positif bagi kehidupan manusia seperti efisiensi dan berbagai kemudahan-kemudahan materiil, ia juga memiliki efek dan akses-akses negatif yang dampaknya begitu berpengaruh dan sangat dirasakan umat manusia di era modern. Jawaban-jawaban yang diberikan era modern dengan peralatan teknologinya yang serba canggih justru menyebabkan manusia banyak yang lari dari paham keagamaan yang selama ini mereka pegang. Manusia era modern dalam hal ini telah memasuki babak baru kehidupan mereka yakni The post industrial society, sehingga paham sekulerisme berkembang pesat




Bahwa masyarakat modern memang sedang dihadapkan pada persoalan determinasi dan hilangnya eksistensi diri, hal tersebut telah dijelaskan dan diakui sejak lama oleh para filosof dan pemikir sosial baik dari kalangan Muslim maupun non Muslim. Dari dunia Barat tercatat nama seperti G.W.F Hegel (1770-1831), Erich Fromm dengan filsafat cintanya, Karl Marx (1818-1883) dengan teori alienasinya, bahkan juga Nietzche (1844-1900) dengan filsafat eksistensialismenya. Secara umum pendapat dan pemikiran mereka tentang manusia itu tertuang dalam paham humanisme; yaitu suatu paham yang hendak memanusiakan manusia, setelah mereka oleh modernisme sering kali tidak dimanusiakan.

Sementara itu dari kalangan Islam, mereka mencoba mengangkat tema-tema keislaman sebagai solusi dalam mengatasi problem krisis modernisme. Diantara sebagian pemikir itu tercatat nama seperti S.H. Nasr, Yususf Qardhawi, Fazlur Rahman, dan juga Ali Syari’ati yang secara vulgar mengadopsi istilah humanisme dengan hanya memberi sedikit label keislaman, serta masih banyak lagi para pemikir Islam abad kedua puluh lainnya.

Disebabkan demikian kuatnya hegemoni dan pengaruh kebudayaan Barat terhadap kebudayaan lainnya di penjuru dunia dengan paham modernismenya tadi, maka dampak modernismepun kemudian tidak hanya dirasakan oleh masyarakat Barat saja. Sepanjang daratan Atlantik hingga teluk Arab, terutama pada puluhan tahun terakhir banyak sekali dijumpai kenyataan-kenyataan berkaitan dengan kebobrokan moral, meskipun kita (bangsa Timur) telah diakui sebagai masyarakat yang bermoral .
Menurut Qardhawi, essensi yang mendasar dari krisis besar yang dihadapi umat manusia adalah krisis spiritual moralitas dan krisis akhlak. Krisis semacam ini dalam sisi jauhnya akan mengarah pada sektor ekonomi, politik, manajemen, sains dan teknologi. Krisis memang terjadi pada berbagai sisi tadi; akan tetapi intinya berpangkal pada matinya spirit keimanan dan akhlak. 

Ekspresi yang paling nyata berkaitan dengan kasus modernisme adalah munculnya budaya tandingan (counter culture) yang terkenal dengan sebutan post-modernisme . Kemunculan gerakan ini memang banyak dilatarbelakangi oleh ketidakpuasan terhadap modernisme dalam menciptakan dan mengarahkan kehidupan manusia. Modernisme dianggap telah membuat kerusakan. Ia tidak hanya melibatkan penyebaran hegemoni peradaban Barat, urbanisasi, industrialisasi, teknologi dan konsumerisme, tetapi juga melahirkan rasisme, perbedaan kaya-miskin, diskriminasi, pengangguran dan stagnasi
.
Kelahiran posmodernisme menurut Pauline Rosenau sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut: pertama, tidak sabar untuk mendapatkan hasil-hsil dramatis yang dijanjikan oleh ilmu pengetahuan modern. Kedua, perhatian modernisme mulai terarah pada penyalahgunaan ilmu pengetahuan modern. Ketiga, kontradiksi tampak pada antara cara ilmu pengetahuan harus berfungsi dalam teori dengan bagaimana ilmu pengetahuan itu sesungguhnya bekerja. Keempat, keyakinan yang salah bahwa ilmu pengetahuan dsapat menyelesaikan semua masalah abad kedua puluh. Kelima, ilmu pengetahuan modern tidak memperhatikan dimensi mistik dan metafisik dari eksistensi kemanusiaan, dan keenam, ilmu pengetahuan modern tidak pernah memperhatikan aspek normatif dan etika dimana seharusnya aspek-aspek tersebut terkandung dalam ilmu pengetahuan .
Post modernisme tidak sepaham (dengan modernisme) terutama tentang adanya upaya mereduksi realitas dengan pandangan yang melihat bahwa realitas eksis secara independen dengan metode ilmiah sebagai satu-satunya metode; lalu penolakan modernisme terhadap nilai dan perasaan subyektif; kemudian denngan pengetahuansebagai entitas bebas nilai; dan dengan sentralisassi kualitas dan prediksi sebagai ciri utama ilmu pengetahuan. Inilah beberapa hal yang membedakan modernisme dengan posmodernisme.

Jika posmodernisme konsisten dengan ciri metodologinya yang menerima segala sesuatu yang marjinal, maka tidak ada alasan bagi posmodernisme untuk menerima metodologi Islam, karena posmo mengakui eksistensi agama-agama dan hal-hal yang dimarjinalkan oleh posmodernisme. Rosenau sendiri menyatakan bahwa ilmu pengetahuan sosial posmo memberikan ruang bagi manusia aktif dan secara sosial sensitif untuk mencari politik posmo baru, agama dan kehidupan secara umum. 

Senada dengan Rosenau, Shweder (1986) memberikan argumentasi bahwa agama, kulltus dan ilmu sihir sekalipun, mempunyai status yang sama dengan rasionalitas ilmu pengetahuan. Rosenau menambahkan bahwa posmo memahami kehidupan kita sehari-hari sebagai suatu yang bersifat intensif berdasarkan pada perasaan, dan hampir sepenuhnya bersifat spiritual.

Pemahaman posmodernisme atas agama, kekuatan supernatural dan spiritual akan dapat membantu dalam memahami metodologi ilmu pengetahuan Islam, karena paradigma Islam menggunakan agama sebagai salah satu sumber ilmu pengetahuan, disamping dunia nyata sebagai pasangannya
 .
Atas dasar inilah kita selanjutnya bisa memahami jalan pikiran para pemikir Islam modern seperti Hossein Nasr, Rahman, Syari’ati dan yang lainnya ketika mereka mencoba menawarkan prinsip-prinsip Islam ke dalam wacana pemikiran dunia Barat untuk dijadikan alternatif bagi pengentasan krisis kemanusiaan modern, di saat mereka (kaum Barat) secara pragmatis melirik wacana ketimuran sebagai alternatif pemecahan problem mereka.

Nasr misalnya, dengan mendasarkan pada sebuah hadits Nabi yang sangat masyhur di kalangan para sufi: man ‘arafa nafsahu fa qad ‘arafa rabbahu, ia pertama-tama membandingkan konsepsi manusia antara yang dimiliki tradisi Barat dengan konsepsi manusia menurut Islam sebagai bahan mempertimbangkan ciri tertentu modernisme dan berbagai manifestasinya. Menurut Nasr, kita harus mencari tahu bagaimana manusia modern menghayati dirinya, hubungan dirinya dengan Tuhan, serta apa yang menyusun jiwa dan pikirannya dalam memola dunia modern
.
Dari sini Nasr selanjutnya mensinyalir teori evolusi Darwin sebagai penyebab utama munculnya ide dan gagasan-gagasan sekuler yang disebut dalam bahasa Komaruddin hidayat, amat bernuansa kehilangan visi ke-Ilahiah-an yang begitu merusak agama. Paham metafisika barat menolak sama sekali hal-hal yang bersifat sakral dan menganggap tidak ada realitas lain selain yang profan, akibat teori Darwin tersebut. Nasr dan juga para pemikir muslim lainnya dalam hal ini bertindak sebagai juru bicara bagi umat Islam sendiri maupun bagi dunia Barat. Kepada dunia Barat mereka menyarankan pemikiran Islam yang mereka tawarkan sebagai alternatif nilai dan way of life, sementara bagi kalangan Islam sendiri mereka memberitahukan bahwa Barat tengah mengalami kebangkrutan spiritual.


Hal serupa inilah yang saat ini sedang diusahakan dan dikembangkan oleh K.H. Abdullah Gymnastiar (lebih populer disapa Aa Gym), seorang da’i muda yang saat ini sedang menjadi fenomena bukan hanya di negeri ini, melainkan juga di manca negara melalui suatu trade mark yang sesungguhnya bukanlah merupakan hal yang baru dalam dunia tasawuf, yakni konsep Manajemen Qolbu (MQ). Hal yang demikian nampak pada isi ceramah-ceramahnya yang cenderung bernuansa sufistik dan spiritualistik . Aa Gym sendiri dalam beberapa kesempatan seringkali menyatakan akan terus memasuki media-media Barat untuk menampilkan citra Islam yang sejuk.

Krisis di Indonesia

1.Definisi Isilah Krisis

Dalam “The new horizon ladder dictionary of the English language” kata krisis (Inggris : crisis) secara umum didefinisikan sebagai :
1 A decisive or extremely important stage in a series or event. (Sesuatu yang menentukan atau taraf yang penting pada suatu seri atau peristiwa).
 2 A time of difficulty or danger.( Masa sulit atau berbahaya)
Menurut tim penulis “Ensiklopedi Indonesia”, kata krisis berasal dari bahasa Yunani yang penggunaannya dapat dipakai di berbagai bidang, antara lain
:
a). Bidang kedokteran. Pada bidang ini krisis berarti titik balik perjalanan penyakit yang menunjukkan bahwa gejala akut pada penyakit berakhir dengan cepat hingga menyebabkan kematian atau kesembuhan.



b). Bidang ekonomi. Krisis dalam bidang ini berarti kemerosotan hebat dalam kegiatan ekonomi yang menimbulkan depresi. Keadaan seperti ini biasanya terjadi sekali dalam sepuluh hingga sebelas tahun sebagai akibat kepekaan konjungter ekonomi bebas.

c). Bidang kebudayaan. Dalam bidang ini krisis berarti suatu keadaan dimana suatu kebudayaan tertentu tidak mampu mencari jalan keluar dari kesulitan yang melibatnya2.
Dari definisi di atas kiranya dapat kita ambil kesimpulan bahwa istilah krisis yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah krisis yang termasuk dalam kategori bidang kebudayaan, yakni krisis moralitas.
Di Indonesia masalah krisis sebenarnya bukan hanya mengemukan di era sekarang saja. Pada kurun waktu antara tahun 1953 hingga 1955 istilah krisis sudah sangat populer3. Saat itu istilah krisis melaiese sudah sangat populer. Seperti halnya pada masa sekarang, pada saat itu istilah krisis melekat pada berbagai aspek yang menggambarkan kondisi sosial bangsa; yakni seperti krisis akhlak, kepercayaan, hukum, dan juga krisis sastra.

Sebab-Sebab Terjadinya Krisis: Perspektif Tasawuf


“……..Indonesia tidak kekurangan orang pintar, fisiknya sehat. Tapi ternyata bangsa ini bangkrut karena orang yang hati nuraninya sakit……….MQ bercita-cita merubah bangsa yang memang sudah berpotensi Islam besar, (potensi—peny.) alamnya banyak, (dan potensi) budaya yang luar biasa. Merubah bangsa harus merubah masyarakat dahulu. Merubah masyarakat harus dari individu, dan individu terdiri dari sebuah kekuatan besar yang disebut dengan hati.”(Ust. Komarudin Chalil, salah seorang pemateri dalam pelatihan MQ)


Sebagian besar para penggawa kerajaan Mesir di bawah pimpinan raja Qithfir al-Aziz kala itu sama sekali tidak percaya pada ta’wil atas mimpi sang raja yang dikemukakan Nabi Yusuf a.s. perihal krisis yang akan menimpa kerajaan itu selama kurun waktu tujuh tahun dalam jangka tujuh tahun mendatang (Q.S. Yusuf : 54). Mereka sangat membanggakan keadaan negeri mereka kala itu yang sangat makmur, disamping mereka sangat membanggakan fundamental ekonomi dan politik yang telah mereka bangun.


Keadaan semacam ini yang terjadi juga pada pemerintahan kita ketika menjelang krisis ekonomi yang menyebabkan krisis multidimensi melanda bangsa kita. Pemerintah orde baru saat itu begitu over confident terhadap dirinya. Tatkala Malaysia dan Thailand diserang dengan krisis moneter yang sebagian diakibatkan oleh ulah para pedagang dan spekulan mata uang, pemerintah Orba merasa percaya diri dengan berlebihan. Para petinggi negara kala itu berkata bahwa Indonesia tidak perlu khawatir terhadap nilai rupiah vis-à-vis dolar AS, karena fundamental ekonomi Indonesia jauh lebih kuat dan sehat dari pada fundamental ekonomi Thailand, Malaysia dan Filipina.


Dua ilustrasi di atas menggambarkan dengan jelas bahwa betapapun sesuatu yang menurut persepsi manusia dianggap sebagai suatu kemapanan atau kesempurnaan, pada kenyataannya belumlah tentu demikian. Hal tersebut sekaligus menunujukkan keterbatasan pengetahuan manusia tentang segala sesuatu. Ketika seorang pakar telah menemukan suatu teori tertentu pada masa tertentu, pada dasarnya ia barulah mencapai satu tingkat kemajuan dari pakar pendahulunya, dan di masa mendatang teorinya tadi bisa jadi akan terbantah oleh generasi sesudahnya, karena ketidaksempurnaannya tadi. 


Demikian juga dengan situasi krisis yang hingga saat ini masih sangat dirasakan oleh sebagian besar komponen bangsa ini. Meskipun berdasarkan analisis seorang pakar ekonomi dari Goldman Sach Perancis, Adam Le Mesurier, yang juga didukung oleh pendapat William Belchere, seorang direktur riset JP Morgan Chase Asia di Hongkong, bahwa keadaan ekonomi Indonesia sebenarnya tak tergoyahkan (the unshakable economy)6 yang disebabkan kinerja perekonomian makro Indonesia yang cukup baik belakangan ini, namun kenyataan di lapangan yang dirasakan mayoritas rakyat saat ini adalah situasi yang masih sangat menyulitkan. 


Sampai saat ini belum pernah ada dari kalangan manapun yang bersepakat mengatakan bahwa bangsa Indonesia telah berhasil keluar dari krisis multi dimensi yang melanda sejak tahun 1997. Tesis seorang analis etika sosial Gunnar Myrdal yang mengkategorikan negeri kita sebagai soft state (negeri yang lunak—terhadap korupsi dan tindak sejenisnya) belum terbantahkan. Bangsa kita menurut kriteria Myrdal, masih sangat jauh untuk disebut sebagai bangsa yang tegar (tough state).
Jika demikian keadaannya, maka jelaslah bahwa problem krisis yang terjadi kini bukanlah semata dari segi ekonomi, melainkan karena faktor psikologis yang dirasakan komponen bangsa ini; yakni bagaimana komponen bangsa ini menyikapi semua peristiwa yang terjadi dengan kebesaran hati dan jiwanya, serta bagaimana mereka memperbaiki segala kesalahan yang telah dilakukan selama ini. Jadi pada tataran ini karakterlah yang menjadi tolok ukur etos bangsa. Maka di sinilah peran manajemen qolbu (MQ) menjadi relevan.

MQ dalam hal ini memberikan spirit bagi seluruh komponen bangsa agar mempunyai kemauan untuk segera merubah paradigma lama yang jauh dari nilai-nilai religius, menjadi paradigma yang lebih memiliki ruhiah-ilahiah, karena masyarakat kita memang sejak dari dulu dikenal sebagai masyarakat yang religius.


.Konsep Manajemen Qalbu

1. Memahami Makna dan Berbagai Istilah Tentang Qalbu
Dalam ajaran Islam, hati (Arab : al-qalb) mempunyai kedudukan yang sangat penting. Ia merupakan pokok dan menjadi pemimpin yang dipatuhi dalam sistem kerja organ-organ tubuh. Organ-organ lain tubuh bagaikan rakyat yang tunduk pada setiap perintah hati; sebagaimana alam ini tunduk dan patuh pada ketentuan dan hukum-hukum Allah. Hati juga merupakan tempat keberadaan iman, taqwa dan hidayah.


Istilah hati (al-qalb) dikenal untuk menyebut dua hal. Pertama, segumpal daging sanubari yang terletak di sebelah kiri dada. Ia adalah daging yang istimewa, di dalamnya terdapat rongga yang berisikan darah yang merupakan sumber dan pusat ruh. Hati dalam bentuk seperti ini juga terdapat pada struktur tubuh binatang. Al- qalb dalam pengertian seperti ini lebih tepat diartikan “jantung”
.

Pengertian kedua adalah hati yang bersifat rabbani ruhani (ketuhanan dan keruhanian) yang merupakan hakekat manusia. Hati yang seperti ini adalah hakekat spiritual manusia, yaitu yang mengetahui, mengerti dan memahami; dicela, di beri tuntutan dan mendapat perintah (Q.S. al-Ahzab: 5). Hati dalam pengertian inilah yang akan menjadi pembahasan dalam tulisan ini.

Hati batiniah berfungsi hampir sama dengan hati jasmaniah. Jika hati jasmaniah terletak pada titik pusat tubuh, maka hati batiniah terletak di antara diri rendah (nafs) dan jiwa yang luhur (al-ruh). Hati jasmaniah mengatur sistem fisik, dan hati batiniah mengatur sistem psikis. Hati jasmaniah memelihara tubuh dengan mengirimkan darah segar dan beroksigen kepada tiap sel dan organ di dalam tubuh. Akan tetapi ia juga menerima darah kotor melalui pembuluh darah vena. Demikian pula dengan hati batiniah; hati batiniah (nurani) juga berada dalam siklus yang tetap, yang mengatur arus bolak-balik antara pengaruh ruh yang suci dan jiwa (nafs) yang kotor.

Oleh karena itulah hati dalam bahasa Arab disebut qalb dari akar kata q-l-b, yang berarti memutar, merubah atau mengganti. Hati mempunyai sifat yang berubah, beralih (munqalib) dari sifat ke sifat. Ia memelihara jiwa dengan memancarkan kearifan dan cahaya untuk dapat menyucikan kepribadian dan sifat-sifat buruk. Hati memiliki satu wajah yang menghadap ke dunia spiritual, dan satu wajah lagi menghadap ke dunia diri rendah dan sifat-sifat buruk kita.
.

a.Stasiun-Stasiun Hati

Menurut al-Hakim al-Tirmidzi, seorang guru sufi yang hidup pada abad ke delapan Masehi, hati manusia memiliki empat stasiun : shadr (dada), qalb (hati), fu’âd (hati lebih dalam), dan lubb (lubuk hati terdalam). Keempat stasiun ini mempunyai susunan bagaikan sekumpulan lingkaran.
 Dada adalah lingkaran terluarnya, hati (qalb) dan hati lebih dalam (fu’âd) berada pada kedua lingkaran tengah, dan inti hati (lubb) terletak pada pusat lingkaran. Keempat stasiun ini bagaikan area yang berbeda dari sebuah rumah. Dada adalah area terluar. Bagaikan pinggiran dari sebuah rumah yang berbatasan dengan daerah luarnya, tempat binatang–binatang buas dan orang-orang asing berkeliaran. Ia adalah perbatasan hati (ruhani) dan dunia (jasmani).

Hati (qalb) dapat disamakan dengan rumah itu sendiri. Ia dilingkari oleh tembok-tembok dan diamankan dengan gerbang atau pintu pagar yang terkunci. Hanya anggota keluarga dan tamu yang diundanglah yang boleh memasukinya. Sedangkan hati lebih dalam (lubb) adalah kamar terkunci yang menyimpan benda-benda pusaka berharga milik keluarga tersebut. Hanya beberapa anggota keluarga yang memiliki kuncinya.


Kaum sufi sering menyebut al-qalb dengan sebutan bait al-hikmah (hati yang menghasilkan keikhlasan), bait al-Muqaddas (hati yang berhubungan dengan orang lain), bait al-muharram (hati yang mengenal dan mencintai Allah dan diharamkan selainnya), bait al-‘izzat (kalbu yang sampai pada tingkat al-jama’ ketika seorang dalam kondisi fana manuju Allah, dan al-‘iffah al-mubîn (puncak tertinggi dari kalbu manusia)
.
Tiap-tiap stasiun hati mewadahi cahayanya sendiri. Dada mewadahi cahaya amaliah dari bentuk praktik setiap agama, hati mewadahi cahaya iman, hati lebih dalam mewadahi cahaya ma’rifat atau pengetahuan akan kebenaran spiritual, dan lubb mewadahi dua cahaya, cahaya kesatuan, dan cahaya keunikan yang merupakan dua wajah Ilahi. Tiap-tiap stasiun juga dikaitkan dengan tingkat spiritual yang berbeda-beda, tingkat pengetahuan dan tempat pemahaman yang berbeda, serta tingkat nafs yang berbeda. 



Robert frager menggambarkan berbagai tingkatan cahaya pada tiap stasiun itu sebagai berikut :
“Beberapa orang musafir suatu ketika bermalam di suatu rumah yang tidak berpenghuni dan gelap gulita. Di sana mereka menghidupkan lampu untuk kemudian dapat membuka pintu dan jendela agar cahaya rembulan dapat memancar ke dalam rumah itu sebagai cahaya tambahan. Setelah itu para musafir ke luar ke padang pasir, bernaung di bawah cahaya rembulan. Pada saat itu mereka sudah tidak memerlukan lagi cahaya lampu. Fajar kemudian menyingsing menutupi cahaya rembulan hingga akhirnya matahari sampai pada puncaknya dan cahaya pajar tinggal sebatas kenangan bagi mereka”.

Kesimpulan
Pembahasan tentang manajemen qalbu memang tidak bisa lepas dari hadits Nabi riwayat Imam Bukhari tentang posisi hati bagi keseluruhan anggota tubuh manusia yang artinya : “Sesungguhnya dalam jasad terdapat segumpal darah. Apabila ia baik, maka seluruh tubuh juga akan baik. Namun apabila ia rusak, maka rusaklah seluruh jasad. Ketahuilah, sesungguhnya segumpal darah itu adalah hati”. Tidak terkecuali bagi K.H. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym). Sebagaimana Imam al-Ghazali, Aa Gym mengannggap bahwa mengurus hati merupakan pekerjaan yang harus diutamakan, mengingat hati adalah raja yang memiliki bala tentara bagi seluruh sistem anggota tubuh. Karena itu menurutnya, tidaklah mungkin kita mengurus anggota tubuh yang lain sedangkan rajanya diabaikan.

Shalat atau ibadah yang lain tidak akan bisa khusyu’ manakala hatinya tidak khusyu. Manusia tidak akan mungkin dapat menyampaikan sesuatu jika tidak mengetahui ilmu hati. Hati adalah masalah yang paling essensial, karena segala sesuatu akan dimulai dari hati.

Mana kala hati sudah bersih, maka keakraban dengan Allah akan segera terjalin. Kebesaran Allah tidak dapat ditampung oleh luasnya langit dan bumi, akan tetapi hati manusia yang beriman dapat menampung kebesaran Ilahi. Akan tetapi menurut Aa Gym, keutamaan hati yang demikian itu perlu ditunjang dengan kecerdasan otak dan kekuatan fisik. Oleh karena itu di pesantren Daarut Tauhiid, ketiga elemen ini benar-benar diprioritaskan semaksimal mungkin

 Daftar pustaka
ahmadi, Abu. Dasar-dasar Pendidikan (Bumi Aksara, Jakarta, 2008).



Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERKEMBANGAN RITEL DI INDONESIA

JENIS-JENIS USAHA/BISNIS SYARIAH DI INDONESIA

Hukum syarifah dan sayid yang menikah dengan biasa