TUMBUH DAN BERKEMBANG UNTUK MELAYANI
Setiap
kegiatan bisnis, baik bisnis y.ang menjual barang maupun yang menjual jasa pada
dasarnya adalah menyediakan jasa kepada konsumen. Itulah ungkapan yang
dilontarkan oleh Kotler, pakar bidang marketing saat mengawali tulisannya yang
berkaitan dengan “ Mengelola Bisnis Pelayanan”. Sepintas yang lalu, ungkapan
tersebut terkesan berlebihan mengingat bahwa bisnis yang ada tidak hanya bisnis
jasa saja yang memang benar-benar mengandalkan jasa pelayanan terbaik. Akan tetapi,
jika kita cermati bersama, semua bisnis, baik yang bergerak dalam bidang
manufaktur dengan outcomes-nya berupa barang (Goods) maupun perusahaan jasa yang outcomes-nya jelas-jelas berupa
jasa, dalam aktivitas sehari-harinya tidak akan lepas dari aspek pelayanan.
Apalagi jika pembahasannya memang berkaitan dengan perusahaan yang basis
produknya adalah pelayanan, seperti restoran, hotel, dan lain-lain.
Demikian
juga halnya dalam bisnis ritel. Secara umum pelayanan tersebut meliputi
seberapa kecepatan kita dalam melayani kenyamanan yang diberikan, kemudahan
lokasi, harga yang wajar dan bersaing sampai kepada pengetahuan pramuniaga. Secara
sederhana, hal tersebut bisa dirumuskan dengan memberi apa yang diinginkan dan
dibutuhkan oleh pelanggan saat berbelanja. Bisnis ritel memang sangat
tergantung pada pelayanan. Di samping karena persaingan antar peritel yang
semakin ketat, tuntutan pelanggan memang ikut memaksa perusahaan untuk memiliki
perbedaan dalam aspek pelayanannya.
Maklumlah,
bila kita membahas tentang barang yang diperdagangkan (merchandise), para pesaing pun dengan mudah bisa menyediakannya. Bahkan,
pemasok akan berebut mengejar peritel yang tingkat penjualannya tinggi. Jika ingin
unggul dalam lokasi, para pesaing juga bisa membuka toko di tempat yang sama. Begitu
pula dengan bauran ritel lainnya, seperti perangkat visual merchandising,
materi komunikasi, dan lain-lainnya. Semuannya relatif mudah ditiru dan diikuti
oleh pesaing.Oleh karena itu, pada aspek pelayananlah peritel memiliki
kesempatan untuk memberikan sentuhan yang benar-benar berbeda daripada peritel
yang lain.
Di sisi
lain, pelanggan kini semakin kritis terhadap toko yang dimasukinya. Mereka kini
lebih terpelajar, lebih mempertimbangkan harga, cepat habis kesabarannya, dan
tidak mudah memaafkan. Perilaku tersebut dipacu oleh berubahnya aspek
demografis pelanggan (misalnya perubahan struktur umur masyarakat serta semakin
banyaknya orang yang mengharapkan kesenangan dalam berbelanja) dan semakin
tingginya persaingan pasar. Faktor pemicu lain ialah hadirnya berbagai
alternatif untuk berbelanja serta perkembangan bermacam teknologi mutakhir. Meskipun
aspek pelayanannya sudah banyak diperhatikan oleh paritel, dalam kenyataannya
masih banyak pelaku ritel yang tidak konsisten. Apa yang diucapkan dan
diniatkan tidak dijalankan dengan serius di dalam praktiknya. Misalnya karena
salah hitung. Sementara sang kasir malah ngotot meskipun di belakang atau di depan
counter terpampang tulisan, “Kami Bangga Melayani Anda”. Slogan-slogan serupa
bahkan dipasang mulai dari pintu masuk toko hingga di setiap sudut toko. Urusan
pelayanan ini bahkan selalu tercantum dalam misi dan visi perusahaan terkait
yang di pajang rapih dalam sebuah pigura cantik. Akan tetapi, mengapa kejadian
tidak mengenakkan masih saja terjadi? Mengapa masih saja muncul banyak keluhan
yang seharusnya bisa dihindari jika unsur melayani memang sudah mendarah daging
pada karyawan toko.
Cukup banyak
penelitian yang mengungkapkan adanya kaitan yang erat antara profitabilitas dan
pelayanan toko yang memuaskan. Mulai dari kedatangan pengunjung, situasi tempat
parkir, saat pelanggan memasuki toko, saat berbelanja, hingga melakukan
pembayaran. Atau pada saat pengunjung menemukan masalah dan ingin bertanya
kepada pramuniaga toko. Mereka bisa merasakan apakah cukup mudah untuk
menemukan sesuatu yang mereka cari hanya dengan melihat petunjuk toko.
contoh bisnis retail

Komentar
Posting Komentar